Room 218

just me with my thoughts in my own space

World, My Son Starts School Today!

Ini adalah salah satu tulisan favorit saya. Penulisnya adalah seorang ayah dari anak laki-laki yang--pada saat tulisan ini dibuat--baru memulai hari pertama di sekolah dasar. Sang ayah menulis harapan-harapannya pada secarik kertas kepada alam semesta supaya mengajarkan kearifan hidup pada sang anak yang kemudian dititipkan pada saya untuk di-posting di blog ini. Well, sort of. :9 Enjoy!


WORLD, MY SON STARTS SCHOOL TODAY!

World, take my child by the hand--he starts school today! It is all going to be strange and new to him for a while, and I wish you would sort of treat him gently. You see, up to now, he has been the king of the roost. He has been the boss of the backyard. I have always been handy to soothe his feelings.

But now things are going to be different. This morning he is going to walk down the front steps, wave his hands, and start on a great adventure that probably will include wars and tragedy and sorrow.

To live in this world will require faith and love and courage. So, world, I wish you would sort of take him by his young hand and teach him the things he will have to know. Teach him--but gently, if you can.

He will have to learn, I know, that all people are not just--that all men and women are not true. Teach him that for every scoundrel, there is a hero; that for every enemy, there is a friend. Let him learn early that the bullies are the easiest people to lick.

Teach him the wonder of books. Give him quiet time to ponder the eternal mystery of birds in the sky, bees in the sun, and flowers on a green hill. Teach him that it is far more honorable to fail than to cheat. Teach him to have faith in his own ideas, even if everyone tells him they are wrong.

Try to give my son the strength not to follow the crowd when everyone else is getting on the bandwagon. Teach him to listen to others, but to filter all he hears on a screen of truth and to take only the good that comes through.

Teach him never to put a price tag on his heart and soul. Teach him to close his ears on the howling mob--and to stand and fight if he thinks he is right. Teach him gently, world, but do not coddle him, because only the test of fire makes fine steel.

This is a big order, world, but see what you can do. He is such a nice son.

Regards,
Abraham Lincoln


Yap, it's Abby's. He's simply a loving father. Well, he ruled a country too sometimes, abolished enslavement, and grew his beard and sideburn once in a while.. My point is, this kind of hopes are the ones I (and every father in the world) would think of when our child steps his/her foot out to school later someday. And when that time comes, I would proudly say out loud "Hey World, my son starts school today!"

Or at least until I get some flying tomatoes in response.

Dalam Hujan Tentang Angin

Selasa sore itu mendung. Betah rasanya di kosan dengan cuaca begitu. Saya berulangkali mengecek langit Bandung di sebelah barat saya. Di suatu tempat di barat sana, saya yakin sudah turun hujan. Saya mengenali abu-abu pekat itu. Itu bukan gumpalan awan, itu spasi berisi massa air yang sedang jatuh dari langit. Pekat. Tampak alangkah sangat jelas sekali bahwa akan turun hujan pula di Jatinangor. Saya agak khawatir. Bukan apa-apa, tapi ini menyangkut jemuran yang belum kering.

Tapi jika kamu tahu, saya tidak mencemaskan jaket dan beberapa potong celana yang tidak seberapa itu. Tapi saya ada janji bertemu dosen sore itu di rumahnya, yang artinya saya harus pergi ke rumah beliau. Tapi itu tadi barusan adalah contoh kalimat tidak efektif lainnya, karena rumah beliau tidak mungkin mendatangi saya, bukan? Tapi, ya sudahlah.

Mau tidak mau saya harus pergi juga. Dengan motor pinjaman saya menjemput Abim Si Anak Bima. Lalu pergilah kami. Dan benar saja perkiraan saya, hujan mulai turun. Abim yang baik hati menawarkan opsi terus atau kembali ke rumah untuk menukar motor dengan mobil. Padahal mobilnya Abim sedang ringan bagian tangkinya, walaupun bagasinya terisi alat berat. (payung, bantal, dongkrak mainan, sandal serap, dll). Saya terpaksa setuju. Mumpung hujan masih berupa gerimis menunjang, pikir saya. Menunjang kami untuk kembali ke rumah tanpa basah berarti.

Kami tiba di tujuan.. Ketemu.. Salaman.. Numpang shalat.. Ngobrol ini dan itu.. bla bla.. Dibekali wejangan.. bla bla bla.. Ada kucing lewat.. miaw miaw.. Wejangan lagi.. bla bla bla bla.. Numpang pipis.. Permisi pulang. Semua itu terjadi hanya dalam waktu 2 jam saja. Sungguh bincang-bincang yang singkat dan bermanfaat.

Hari sudah malam. Ikan sudah bobo. Hujan masih turun juga. Suhu udara semakin turun. Berada di dalam mobil tidak banyak membantu. Saya bersyukur cabin pressure tidak ikut-ikutan nge-drop. Mungkin untuk menghangatkan suasana, Abim mulai berkicau tentang rencananya belajar Bahasa Belanda.

"Emang lu pengen ke Belanda, Dul?" tanya saya. Dul maksudnya dulur, artinya saudara.

"Ya hayang wae belajar, tempat les yang bagus di mana sih?" Abim masih semangat.

"Emang udah pasti ke sana?" Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lain. Tidak baik.

"Belum sih. Tapi bisa laah. Masa, Abim dan angin gak bisa sampe Belanda.."

Angin? Apaa lagi..

Usut kabel punya usut kabel (halah ribet), ternyata Si Anak Bima sedang penasaran dengan angin. Tampaknya dia sedang mencari-cari makna penciptaan zat alir ini dan sifatnya yang unik itu. Mungkin dia merasakan kemiripan sifat. "Mengalir, berhembus pelan dalam harmoni, bergerak cepat karena perbedaan tekanan yang besar, atau hanya statis seolah gaib. Padahal ia ada dalam tarikan napas kita." Begitu kira-kira maksud Abim.

Percakapan tentang filosofi benda-benda tak hidup itu membuat saya membanding-bandingkan diri saya dengan benda tak hidup lainnya. Mirip apa ya saya? Angin kah? Tanah? Api? Asap? Gunung es? Air? Teh Kotak? Kopi? Awan? Kuku kaki? Kaca mobil? Marka jalan? Lalu filosofi apa yang terkandung di baliknya?

But, I can't define myself as one single, particular thing. Saya sedikit-sedikit punya sifat dari benda-benda mati itu. Kadang saya angin-anginan, kadang berapi-api, berasap jikalau kebingungan, dan suatu hari nanti akan menjadi bagian dari tanah. Akan ada yang setuju jika saya ini disebut gunung es. Saya juga bisa menjadi 'Teh Kotak' bagi orang-orang tertentu. :9

Tapi manusia memang tidak diciptakan sesederhana itu, bukan? Semoga saya tidak berlaku sombong dengan berkata bahwa manusia adalah masterpiece dari semua ciptaan Tuhan, dengan segala dinamikanya, keunikannya. Bahkan satu manusia dengan yang lainnya saja unik. Tak ada yang sama. Tapi jika harus menimbang-nimbang sifat benda mana yang paling mirip dengan saya, that would be Kantong Ajaib Doraemon. Beragam benda ada di dalamnya. dari yang masuk akal sampai yang mustahil bin muslihat. Yap. Saya adalah Kantong Ajaib Doraemon, disingkat Tongjamon.

Tak lama, mobil berhenti. Abim membelok-belokkan setir sambil menginjak-injak pedal di bawah kakinya untuk mendapatkan parkir sempurna bagi mobilnya. Hujan sudah berhenti. Tongjamon melanjutkan perjalanan pulang ke Jatinangor.

Banggalah dengan Instabilitas

Seumur hidup saya berusaha menjadi pribadi yang stabil. Saya melihat stabilitas melalui kacamata saya yang minus ini sebagai suatu keadaan dimana manusia sudah bisa mengontrol keseimbangan dirinya sendiri, seperti rasa takut yang mengimbangi kenekatan, rasa malu yang mengimbangi kekurangajaran, rasa rendah diri yang mengimbangi kesombongan, ataupun rasa waspada yang mengimbangi kenaifan. Semua hal tersebut tidak ada yang bersifat mutlak baik atau buruk. Semuanya dibutuhkan sesuai dengan kadarnya masing-masing. Dan ketika seseorang telah menemukan cara menempatkan semua energi positif dan negatif mereka pada tempatnya, saya menyebut mereka pribadi stabil.

Lihatlah, jika ada berita kemalangan yang menimpa mereka, mereka akan sejenak tertegun tapi kemudian menguasai diri mereka kembali, menelepon beberapa nomor, berbicara kepada orang-orang tertentu lalu meninggalkan pesta tempat mereka awalnya berada dengan muka sedikit menunduk menjaga fokus, sambil tersenyum pada orang-orang yang dilalui menuju pintu keluar.

Lihatlah, jika ada berita Idul Adha datang lebih cepat, jangan mengharap mereka akan berlompatan dan berteriak norak. A simple woo-hoo dan high-five sudah cukup. Bereaksi namun tidak berlebihan. Kurang lebih begitu maksud saya.

Saya tidak tahu apakah zodiak saya yang berlambang timbangan itu ada hubungannya dengan ini, yang jelas selama ini saya menjunjung tinggi keseimbangan. I dunno why, I just do.

Prinsip saya goyah ketika saya menonton salah satu episode Mario Teguh yang disiarkan di salah satu channel TV-berita lokal. Anda pasti familiar, cukup menekan angka 4 pada remote TV teman saya, maka channel yang dimaksud akan muncul.
Anyway..

Inilah kata-kata penggoyah iman tersebut.
"Orang-orang yang menginginkan stabilitas tidak pernah betul-betul berhasil"

And then I was like, "Excuse mehh?!"

And then he gave me this analogy:
"Pesawat tempur yang paling hebat adalah pesawat tempur yang aslinya tidak stabil, terlalu labil untuk dikontrol oleh manusia, sampai harus menggunakan komputer, sehingga dia berbelok kapan pun, berbalik, dan kembali dalam dockfight kapan pun.

"Pribadi yang tidak stabil mempunyai kecenderungan berhasil yang lebih besar, karena tidak malu dia berubah pendapat, tidak malu dia mengganti rencana, dan tidak jengah dia melakukan sesuatu yang baru. Banggalah dengan instabilitas."

And then I was like, "Humm.. but still.. you know.."

Lalu Mario Teguh kembali menjawab pertanyaan audiens yang lain. Dia tak mendengar saya karena saya hanya menonton dari layar televisi dan percakapan sebelumnya tidak benar-benar terjadi secara dua arah. Saya hanya membayangkannya.

Lalu apa hebatnya menjadi pribadi yang stabil? Saya teringat teman baik sewaktu SMA pernah mengatakan kalau emosi saya ini terlalu stabil, overstabil sampai-sampai terlihat tidak seimbang. Dia yang seharusnya menjadi orang yang paling bisa 'membaca' saya pun kewalahan dengan bawaan saya itu. Kasihan juga dia.

Lalu apa hebatnya? Entahlah...
Di satu sisi, saya meyakini stabilitas itu lebih baik daripada instabilitas.
Di sisi lain, saya tidak bisa menyangkal kata-kata Mbah Marijo Teguh itu. Ada orang-orang yang melakukan hal-hal berguna, biasa-biasa saja, dan hidup bahagia. Tidak pernah mencapai mimpi-mimpi terliarnya, namun juga tidak pernah jatuh bangkrut sampai harus menggadaikan pakaian dalam.
Namun ada orang-orang yang mengambil resiko, gagal, beralih ke hal lain apapun yang menarik minatnya sampai akhirnya menemukan hal terbesar yang memang diinginkannya. Dan ketika waktunya tiba, dia telah meninggalkan bekas di hidup banyak orang. This kind of people fly high, but when they fall, they fall hard. But then, they could fly again, higher..

Believe me, jika Anda mulai bertanya-tanya setelah membaca tulisan ini, maka saya juga demikian. Apakah kita hanya akan menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja? Or live in instability, with possibilities of reaching the highest peak and drowning to the lowest point? Karena tak akan ada zenith jika tanpa nadir, bukan.. Dan hidup hanya sekali.. So, if we can live it to the fullest, I suppose.. that would be cool.

tak benar-benar menulis -- sılnuǝɯ ɹɐuǝq-ɹɐuǝq ʞɐʇ

Tinta menghilang mengikuti tarikan pena. Ujung pena terpisah dari permukaan kertas. Pena berputar dari kelingking ke jempol. Lalu berputar-putar di tangan beberapa lama. Pena diletakkan ke dalam cangkir berisi alat tulis. Tangan mengaduk-aduk cangkir. Badan berguling naik ke atas kasur dalam gerakan canggung. Inspirasi terangkat dari pikiran. Pandangan beralih dari kertas di dinding. Mencari-cari. Memandang sekeliling. Layar HP masih menyala di lantai. Tangan mengambil lalu memencet beberapa tombol. Layar mati dalam genggaman. Meringis. Lutut bergerak sedikit. Ia tak mau digerakkan. Pinggang terasa kaku. Sendi terasa ngilu. Nyawa tersebar. Menatap kosong langit-langit. Mata mengerjap-ngerjap. Merasakan cahaya di kelopak mata yang terpejam. Aku tertidur.

--------------------------------------------------------

Aku terjaga. Ada cahaya di luar, walau dengan kelopak mata yang masih terpejam. Aku mengerjap. Menatap kosong langit-langit. Mengumpulkan nyawa. Sendi terasa ngilu. Pinggang terasa kaku. Mencoba merasakan lutut. Menggerakkannya sedikit demi sedikit. Awhh..nyeri. HP masih dalam genggaman. Sudah pukul 10 pagi. Tidak ada pesan baru. Aku meletakkannya di lantai. Memandang sekeliling. Mencari-cari. Pandangan berhenti pada kertas di dinding. Tersengat inspirasi. Berguling bangun pelan-pelan. Mencari pena di cangkir berisi alat tulis. Dapat. Aku memutarnya di tangan sambil menimbang-nimbang. Memutarnya dari jempol ke kelingking. Aku meletakkan ujung pena di atas kertas. Aku mulai menulis.

A (Made Up) Story of David Belle

►Fécamp, 29 April 1973
Madame Belle: Aaaaaaaahh... huh huh huh... aaaaaaaaahh... (jrot)
William Jelley: Mon dieu! Anak kita laki-laki! Dan dia punya otot perut yang bagus seperti martabak bikinan Chef David Choirudin (j.d.s. Rudy). Pantas saja foto USG-nya kadang lurus kadang bengkok, kiranya dia rajin sit-up. Kita kasih nama David saja, Mi?
Madame Belle: Boleh, David Belle ya Pi.



░ David Belle dikenal luas sebagai pelopor parkour. Ia lahir dan besar dari sebuah keluarga sederhana di Fécamp, pinggiran kota Paris, Perancis. Kakeknya, Gilbert Kitten, ayah, William Jelley, dan abang, Jeff Belle adalah anggota tim penyelamat kebakaran terlatih militer Prancis.░



►Fécamp, 1978
William Jelley: David, ayo ikut Papi nonton film Jackie Chan, hari ini ada premier The Police Story. Tapi jangan bilang mamimu.

►Fécamp, 1983
David Belle: Iya Mi! Sebentar lagi turun! Sedang nonton Jackie Chan!

░ Ia tinggal di Fécamp dan kemudian pindah ke Les Sables d'Olonne sampai umur 14. Sebuah masa di mana ia mulai menunjukkan bakat dan ketertarikan dalam ‘aksi gerak cepat’. Dia handal di bidang atletik, memanjat, gimnastik, dan bela diri.░

►Fécamp, awal 1988
Gilbert Kitten: Cucuku. Aku perhatikan kamu berbakat dalam hal beladiri, dan lihai memanjat seperti kucing. Sat set sat set. Sebentar lagi kamu 15 tahun, sudah saatnya berbakti untuk negara. Tetaplah rendah hati. Gunakan kelebihanmu untuk menolong orang-orang. Dengan begitu hidupmu lebih bermakna.
David Belle: Waw, Kakek keren deh. Aku ingin jadi seperti Kakek.

░ Kakek dari pihak ibunya, Gilbert Kitten, lah yang menginspirasi David remaja akan sifat kepahlawanan dan selalu membantu orang lain.░

►Fécamp, akhir 1988
David Belle: Ayah, Bundo. Ijinkan awak pergi merantau. Saatnya awak menggunakan ilmu silat ayam jago ini ke dunia luar. Jangan hentikan awak. Samlekom!
Madame Belle: . . . ?
William Jelley: . . . ?

░ Pada 1988, saat menginjak 15 tahun, David meninggalkan sekolah dan pindah ke Lisses, Paris untuk memulai bakti kepada Negara. Di sana ia memperoleh sertifikat French National First Aid dan UFOLEP sebagai instruktur gimnastik.░

►Lisses, 1990
Sébastien Foucan: Waw, otot perut yang bagus. Hobi manjat juga? Kenalkan, saya Seb. Ini teman-teman saya anak kampung sini: Yan.. Pret.. Jum.. Pit..
Yahn Hnautra: Hi.
Frederic Hnautra: Bonjour.
Kazuma: Ohayo.
David Balgogne: Yow.
David Belle: Halo semua. Sebentar saya tambal rumah tua ini dulu. Atapnya bolong parah.
Sébastien Foucan: Itu cerobong asap. Lebih baik kamu ikut kami lari pagi, mau?
David Belle: Oh..Baiklah, bagaimana dengan sedikit memanjat dan melompat?
Sébastien Foucan: Terdengar elegan.

░ Ia berteman baik dengan sekelompok remaja (Yann Hnautra, Frédéric Hnautra, David Balgogne, Sébastien Foucan dan Kazuma) yang sama-sama berbagi hasrat dalam olah fisik, dan kemudian membentuk Yamakasi. Setelah beberapa lama bergabung dengan brigade pemadam, David dibebastugaskan untuk sementara karena cedera lengan, namun ia tidak kembali lagi dengan alasan pribadi.░

░ Ia kemudian bergabung dengan tentara marinir di Vannes, di mana ia mendapat promosi, sertifikat kehormatan, dan pemegang rekor dalam lomba panjat tali antar resimen, dan lomba halang rintang Essonne. Namun demikian, dia merasa cinta dan hasratnya akan petualangan dan kebebasan tidak tersalurkan dengan baik dalam kehidupan militer yang terkekang.░

░ Dalam menyelesaikan bakti negaranya, ia bekerja menjadi apa saja termasuk buruh bangunan, penjaga keamanan dan sales furniture. Dia lalu terbang ke India dan mendapat sabuk hitam GongFu. Sekembalinya dari sana ia mulai mempromosikan disiplin ilmu yang didapatnya dengan memfilmkan kemampuan beraksinya. Tahun 1997, tim Stade 2 (Francis Marroto, Pierre Sleed and Pierre Salviac) diperlihatkan film itu, dan mereka memutuskan untuk membuat film mengenai David Belle dan parkour, dalam rangkaian kolaborasi dengan 'the speed-air man', 'catmen', 'la Relève' dan 'les traceurs'. Kata ‘traceur’ sejak saat itu dipakai sebagai sebutan bagi praktisi parkour.░

░ Parkour menuai sukses di layar lebar. David kemudian mengembangkan kemampuan aktingnya dengan bermain dalam beberapa promosi iklan, di antaranya BBC, Nissan, dan Nike; dan film District B13.░

►Somewhere, Someday
Sébastien Foucan : Pit, aku rasa kita harus mengembangkan semua ini menjadi lebih estetis, lebih indah. Kita harus menambahkan unsur seni di dalamnya, agar terlihat bergaya dan baik di mata orang.
David Belle : Parkour adalah seni, Sep. Efisiensi adalah segalanya. Tujuannya adalah untuk mencapai titik B dari titik A dengan cara paling cepat dan efisien. Keindahan akan mengikuti dengan sendirinya.
Sébastien Foucan : Tapi kan...
David Belle : Aku tetap pada jalanku. Silahkan kembangkan ini menurut yang kau percayai, tapi ingatlah: kita lahir dari tempat yang sama. Jangan lupa itu..
Sébastien Foucan : Well.. So this is how we part ways..
David Belle : Yeah.. Good luck, brother.

░ Sébastien Foucan kemudian mengembangkan parkour lebih jauh lagi dari segi estetika.
Dalam freerunning tujuan bukanlah yang utama, tapi proses yang elegan dan akrobatik. Dan begitulah awal pengembangan freerunning dari parkour. Anyhow, they both aren't so different. They were evoked in a passion to be strong, to be useful.░░


Source: wikipedia

21 years today

Hari pertama puasa tidak ketinggalan sahur! Alhamdulillah..
Oh iya, sebelumnya saya mau mengucapkan selamat berpuasa yah bagi saudara-saudara seiman. Semoga terhindar dari godaan es cendol..

Hari ini adalah 1 ramadhan 1430H. Adalah juga 22 agustus 2009, tepat 21 tahun setelah adik saya satu-satunya dilahirkan 21 tahun yang lalu
(>>ciri-ciri tulisan tidak efektif). Dia lebih muda 3 tahun dari saya. Sampai hari terakhir yang bisa saya ingat, hobinya adalah menempel pada induk semang. Maksud saya ibu kami. Mungkin karena dia bungsu. Bukan. Pasti karena dia bungsu. Dialah dia, adik saya. Yang polos, yang tidak jarang ditindas oleh kakak-kakaknya --terutama saya-- tapi selalu yang pertama ingat ketika kakak-kakaknya berulang tahun. Yang murah hati, yang memecahkan celengannya yang tak seberapa itu untuk uangnya dititipkan dalam amplop pada kakak saya saat akan berangkat sekolah ke luar negeri, tapi amplop tidak sempat diserahkan (cerita itu masih membuat saya kesulitan bernapas). Yang dengan segala keterbatasannya, berusaha berbuat lebih dari orang lain. Yang memandang dunia dengan caranya sendiri, yang mengiritasi orang-orang yang dangkal menilainya (itu saya :( ) Dialah dia, adik saya. Yang tidak pernah merayakan ulang tahun yang ke-17. Yang membuktikan perkataan "you never know what you truly have til its gone". Yang hanya bisa saya doakan saat ini agar tenang di sisi-Nya. Selamat Ulang Tahun, De Putri.. Allahumaghfirlahu warhamhu wa'afini wa'fuanhu.

Saya harus cuci muka.

Merdeka!


Tak akan menukarmu dengan yang lain.

Selamat Ulang Tahun.

Ila & Kay

Saya punya 2 ponakan, Ila dan Kay namanya. Mereka adalah anak-anak dari 2 abang saya dengan istrinya masing-masing. Anak-anak dari bibi atau paman biasa kita sebut sepupu sedangkan anak dari kakek nenek adalah orang tua kita. Saya memanggil mereka Ayah dan Nyak.

Saya mau cerita apa tadi?

Oh iya, Ila dan Kay.

Ila akan genap 4 tahun pada Oktober ini dan Kay baru berumur 2.5 tahun. Saya adalah paman yang buruk karena tidak mendampingi mereka di saat mereka tumbuh; di saat mereka mengucapkan kata pertama mereka dalam bahasa indonesia (ma-ma) dan bahasa inggris (un-cle) dan di saat mereka menjejakkan langkah untuk pertama kali; mencuci popok, atau menyusui mereka. Ibu mereka mengerjakan semuanya.

Alhamdulillah, saya dan keluarga besar (Ibu, kakak yang besar-besar, ipar, dan ponakan) bisa berkumpul kembali dalam acara pernikahan kakak saya yang ke-4 di Jakarta pada awal bulan ini. Setelah hampir 2 tahun tidak bertemu muka, tak ada kata yang mampu terucap ketika saya melihat wajah ponakan saya yang tertidur pulas. Ibunya mengancam saya untuk diam. Ila baru saja tidur dan dia tak ingin balitanya terbangun oleh kedatangan saya yang kurang casual.

Tahukah Anda ciri-ciri gadis cantik akan terlihat sejak dia kecil? Jika ingin lebih yakin, lihatlah saat dia pulas tertidur. Dan, waw... dia cantik.

Dia juga cerdas (atau licik? hhe). Kejadian berlangsung di area foodcourt Sea World, siang hari. Simak adegan berikut.

Bunda : Nak, makan nak. (menyendokkan nasi+kuah sop)
Ila : Panaas..
Bunda : (tiup-tiup, suapin)
Ila : (kunyah-kunyah trus dimuntahin) Pedaash..
Bunda : (icip-icip) Mana ada pedas ni. (menyuapkan kuah sop)
Ila : Ashaam.. (muka dikecut-kecutin)
Ayah : Gak ada alasan! Tutup, kunyah, telan. Abis ini baru beli es krim.
Ila : (Bingo! Kemauannya dituruti tanpa perlu diminta. Lalu ia pun makan dengan patuh, walau hanya habis setengah.)

Dan lucu. Dengarlah saat dia mendaur ulang lagu populer milik Alm. Mbah Surip

♫ pak gendong kemana-mana
buk gendong kemana-mana
nek gendong kemana-mana
kek gendong kemana-mana
bang gendong kemana-mana
ceu gendong kemana-mana ♫

Dengan irama yang berulang-ulang tentunya.
Yang mendengar pun tertawa berulang-ulang (terpingkal-pingkal kalee)

atau lagu ini

♫ nina bobo oh nina bobo
kalo tidak bobo nyamuknya bobo
nina bobo oh nina bobo
bobo ngga bobo digigit nyamuk ♫

Well, mungkin keluarga kami mewarisi cita rasa musik dari, entah siapa. Mirip dengan kakak sepupunya, Kay (kaysa = kei-cha) juga berbakat merusak lagu. Salah satunya :

♫ cemut-cemut kecil
kei-cha mau tanya
apakah engkau di dalam cana
tidak takut cacing ♫

Saya hampir yakin papanya punya andil dalam hal ini. :P

Kay punya lesung pipit mamanya, dan alis papanya yang tegak bersambung. I love it when she grins. Tawanya jenaka dan mengundang orang untuk akrab, minimal datang menggoda. She's as lovely as her cousin.

Suatu malam kami jalan-jalan di sebuah Mall di kawasan Taman Anggrek (tidak usah saya sebut namanya) dan makan di salah satu gerai foodcourt yang menyajikan daging sapi beserta wajannya ke atas meja (baca: beef steak hot plate). Kay tidak bersalah atas ketidakbisadiamannya. Malang, tangan mungilnya menyentuh piring panas berasap-asap itu ketika main colek upil dengan auntie-nya. Kay sontak berteriak 6 oktaf (dia tak seberbakat Mariah Carey). Hwaa~!!! 1x. 2x. That's it. Sisanya hanya air mata dan rajukan pelan. "Huq, panaash.. sakiit.. huq." sambil ikut meniup-niup tangannya yang sedang ditempeli es batu oleh mamanya. Saya tahu itu sepanas apa, tapi Kay menahan sakitnya dalam diam. Waw, that's my niece :D Semoga gak ninggalin bekas ya dek..

Reuni keluarga kami hanya berlangsung 1 minggu, tapi semua terasa dekat. Inginnya kemesraan ini jangan cepat-cepat berlalu, tapi hidup harus jalan terus. It's time to get back to work. Or school. Lagi pula waktu yang sedikit terasa lebih berharga daripada banyak, lebih intense. More memorable.

Ila, Kay.. you will be missed.

Wandering Mind

So, I was planning to continue reading this e-book this afternoon. I sat in front of my desktop and set my playlist on (Juanes, Alexa, Fonseca, d'Masiv, The Fray, Jason Mraz: enqueue in winamp). I started reading..
Laurent is dead, the packs managed to finish him..but if he's dead last week, what happened to the hikers after that? Why do people keep missing?.. What is she doing now?.. What might she be thinking?..

An ant bit me. Ouch. I followed its trace. Ow, I left some biscuits open last night and I saw Mr. Ant and his friends were partying with it. I took an undamaged biscuit and ate it. Hsss... my gum throbbed. I forgot, my gum was cut a little. I guess I brushed my teeth a little too obsessively this morning, I must have done it unconsciously while my mind was occupied with something else. Or someone. I checked my mobile. Nothing. I continued reading..

It was Victoria, looking for Bella. Killing stranger in the woods. And Charlie and the company is searching for a gigantic bear, having mistaken it for the vampire.. maybe Victoria won't attack Charlie.. no, maybe not, she may not have done it on purpose.. mobile screen is small, anyway..

Treng trong tring trong treng trong trong.. Sms! Check Check. A message from Telkomsel about new promoting issues. Thank you very much. I continued reading..

Oh, I'm just gonna turn the up the speaker a bit. Juanes' song. Done. Where was I.. Oh, right..

Victoria on the loose. Charles being hunted by Victoria.. Hmm, why would a Queen hunt her own son.

♫ En un día como hoy caminaré más despacio

Yeah.. maybe I'll take it easy today..

Hey, Charles is a prince but he is not a son of Victoria. He's Elizabeth son..

♫ En un dia como hoy defenderé mi verdad

Of course, I'll defend my truth..

And Elizabeth is.. Why am I talking about Elizabeth, again?

♫ En un día como hoy te amarraré con mis brazos

Hm, I wish i could do that, right now.. teehee..


Okay! I give up reading. Lately it seems any love song distracts me..
Probably I'd better not listen to music while I drive..

I pick up my mobile, and put it back. And pick it up, and put it back neatly.

It is light and old and grey. I own it for almost 5 years. Maybe that's why I dunno how to type a simple text.. haa.

♫ Porque nunca sabes lo que tienes hasta que lo pierdes, lamentablemente, nunca vuelve

yea yea yea, I know. I don't wanna regret it..

I might have been thinking about her long enough, I was kinda sure she can feel it. But I texted her anyway..
Enough with the sentiments. zzz..

Simple Past, Complicated Future

Baru-baru ini saya menemukan beberapa teman SD yang sudah lama saya cari-cari. Keadaan setelah tsunami dan kepergian saya dari kota kelahiran saya membuat bentuk pencarian itu sedikit rumit. Tapi berkat salah satu situs jejaring sosial di dunia maya (enyahlah kalian yang mengusulkan situs ini diharamkan) akhirnya saya menemukan beberapa sahabat masa kecil yang, entahlah, perasaan saya agak bercampur aduk.

Mengingat lagi belasan tahun silam memunculkan banyak potongan-potongan adegan di kepala saya, yang tidak ada spesialnya mungkin di mata orang lain, tapi bagi kami itu unik. Kami masa itu adalah bibit-bibit kami di masa sekarang. Masih teringat dulu saya bermimpi menjadi pilot. Ayah dulu sering membelikan saya majalah kedirgantaraan. Tapi tampaknya semakin dewasa kita semakin banyak melakukan kompromi-kompromi: dari pilot saya menjadi pemain layangan. Lalu cita-cita saya jatuh ke darat: menjadi pembalap formula 1. Sekarang saya hanya pelari, dan saya menyalurkan hobi itu dengan olahraga yang orang-orang sebut parkour atau freerunning. Yah paling tidak, masih berhubungan dengan kecepatan.



Anyway, banyak yang berubah dari 12 tahun yang lalu. Anak perempuan yang dulunya pemalu dan suka ngambek sekarang berubah menjadi sosok yang supel, masih malu-malu tapi jauh lebih 'gila', cinta monyetnya yang dulu mengiriminya surat yang kemudian ketahuan lalu suratnya dibacakan di depan kelas (pasti berat bagi gadis berusia 11 tahun) sekarang telah bersama orang lain, lalu ada bocah laki-laki yang dulu suka cengengesan dan hanya berani mengusili anak perempuan yang sebenarnya dia sukai, sekarang menjadi lebih terbuka dan terang-terangan menyatakan perasaannya. Lalu ada adik perempuan dari teman yang dulu hanya saya pernah dengar namanya, dan baru 12 tahun kemudian saya tahu orangnya, bicara dengannya, baca tulisan-tulisannya, berpesan pendek tentang kera sakti dan gajah, dan tergelitik tingkah lakunya.

Dan saya, well, mungkin proses yang saya alami selama 12 tahun untuk menjadi saya yang sekarang terlalu smooth sehingga saya tidak bisa mengatakan ada yang berubah. Seperti Darwin yang berteori bahwa dia ber-evolusi dari seekor kera, maka dia tidak akan ingat bagaimana dia berubah. Dia mungkin saja sedang dalam perjalanan menuju universitas tempat dia mengajar, melewati etalase pertokoan yang mengkilap, berhenti sebentar dan berpikir "Oh mother, I look like an ape." dan muncullah teori itu.

Okay, leave alone Darwin. Saya hanya bertanya-tanya tentang apa yang mungkin tersimpan dalam tahun-tahun yang terlupakan. Ada dua orang dari masa lampau yang menjalani kehidupannya masing-masing secara paralel.. lalu sekarang jalan mereka bersinggungan.. let's see.. ada tiga kemungkinan..
1. keduanya berpotongan dan menjauh
2. paralel (menjadi satu)
3. entahlah.. selalu ada kemungkinan lain kan

Believers may call it second chance..Sceptics may call it mere coincidence..
I think I should just call it serendipity, for now.

A Short Trip to Geulis


4.30 Kamar
Bangun tidur, belum menyiapkan apa2 untuk hiking ke geulis. Bergegas cuci muka, subuh, kemudian mengemasi barang2 untuk keperluan di atas, i.e: ponco, snack, air mineral, binocular, katu uno (dua terakhir adalah item wajib), dll. Setelah siap, langsung berangkat ke kosan rinda, tak jauh di depan.

5.30 Kosan Rinda
Tiba bersamaan dengan iin dan indah. Dwi dan Rinda stand by sudah tinggal 1 orang lagi, Lutfi. Oh ya, pesan makanan dulu di pajawan berupa omelet dan nasi putih masing2 dapat 1.
Saya bawa nasi, Lutfi bawa omelet (hanya lelaki sejati yang dapat tugas ini).

6.10 Berangkat
Ya, berangkatlah kami menuju si geulis. Jalan raya tak kami hiraukan, hanya potong kompas terus ke arah geulis, melewati sawah2 menghijau, pematang yang lunak, tanah merah yang tiada habis, berpapasan dengan orang2 sakti yang membawa batang pohon di pundak mereka seperti sebiji tongkat berjalan, berhenti sewaktu2 demi mengisi paru2 dengan napas (iya kan) dan mengabadikan momen. jepretan kamera tampaknya berkhasiat merubah wajah yang kuyu menjadi penuh senyum hangat.

9.10 Tiba di Puncak
Jaaj. We made it. Ternyata di atas sudah ada beberapa kelompok yang sengaja mengunjungi makam yang ada di bawah pohon beringin di puncak geulis. Besok adalah hari maulid.. (apa kamu melihat hubungan antara makam manusia, pohon beringin, puncak gunung, dan maulid nabi? Ya, saya rasa cuma kebetulan saja ada makam yang sekarang menjadi puncak gunung, dan beringin raksasa itu memilih tumbuh di sebelah makam tersebut, instead of any other place).

10.40 Kembali Pulang
Setelah berpose2 dengan ilalang dan ibu penjual frutang (foto dapat dilihat di atas), kami memutuskan untuk pulang.(haha, rima yang bagus). Kami berniat untuk men-tag foto si ibu kalo dia sudah punya facebook. Ahh, tapi saya lupa namanya, tampaknya si ibu tidak akan melihat foto dirinya di facebook. Maaf ya..
Perjalanan turun tampaknya lebih cepat daripada naik, walaupun lebih licin dan bikin baju kotor. Tapi di situlah kami banyak belajar, karena kalau tidak kotor, ya tidak belajar.
Kami berpapasan lagi dengan beberapa rombongan bis (ya nggaklah) *rombongan lain yang sepertinya juga akan mengunjungi makam..hmm, mungkin karena itu hari minggu jadi mereka memutuskan untuk berekreasi secara sedikit aneh. Kami berfoto2 lagi, jangan heran.

12.30 Tiba di Warung Sebelah SD (baca: akhir perjalanan turun)
Lutfi sudah menunggu kami di warung sekitar 30menit karena dia menggunakan jalur yang berbeda ketika turun, dan of course, karena dia lelaki menwa (semacam kopasus) jadi lebih cepat. Kami bertemu dan bermain uno (yee, akhirnya main juga) diteruskan main jempol (I won, by the way, haha). Oh iya, yang menang maen UNO adalah Rinda..(puas, nda?)

13.00 Pulang Naik Angkot (15 menit sebelum sang hujan besar)
Setelah kami berpisah dengan damai, saya turun angkot di depan gang masuk kosan saya, dan melanjutkan berjalan kaki. Butuh waktu 10 menit untuk mencapai kosan ujung dunia itu. Tapi..tapi..tapi..
Tiba2 datang hujan lebat, lebat sekali, ditemani sang angin yang tampaknya sedang berpesta pora diiringi kilat yang datang hampir bersamaan dengan petir. Bayangkan itu! Begitu dekat (dengan asumsi v bunyi di udara=330m/s, dan v cahaya=300,000,000m/s) selisihnya tidak sampai satu detik, tidak sampai 330m away. Tadinya saya senang2 saja hujan2an, nostalgia masa kecil, sekalian membilas tanah2 merah yang menempel di sandal dan tas, tapi saya takut kilat nyasar. Maka dari itu dengan secepat kilat (mengalahkan kilat harus dengan kilat) saya berlari menuju kosan. Saya rasa maurice green, pemecah rekor dari amerika itu, tidak sanggup berlari secepat itu di trek basah. Alhamdulillah saya sampai sebelum kilat selanjutnya, karena imbas loncatan listrik megavolt yang mengenai suatu objek dekat saya saja itu sudah cukup. Air bisa menghantarkan listrik, kamu tahu kan? Dan saya sudah sangat basah, karena hujan tentu saja.

Bagaimana dengan nasib teman2 kita yang sedang mengunjungi makam? Saya hanya bisa berdoa semoga di puncak sana hujan tidak selebat yang saya alami. Atau mungkin itu peringatan agar tidak iseng main ke makam untuk, ah..entahlah. Semoga dugaan saya salah.
1 hal lagi yg baru saya sadari, saya tidak perlu menemukan ingatan itu lagi, karena tas saya sudah tercuci hujan, tak ada lagi wangi yang menguar dari sana yang mengingatkan saya pada kenangan yang ingin saya lupakan. It's a good thing, actually.. entah kenapa selama ini saya masih mempertahankannya.

Terima kasih hujan, Terima kasih Tuhan.

Hiking yang menyegarkan..

Author

My photo
Bandung, West Java, Indonesia
Born with a glasses on, can't stop reading ever since. Music is what I hear everyday. Don't talk much, but shout a lot XD enjoy my time alone, but sometimes don't want to be alone. have a deep curiosity about stars and outerspace, while wondering about what my life would be at the highest point.