Room 218

just me with my thoughts in my own space

Simple Past, Complicated Future

Baru-baru ini saya menemukan beberapa teman SD yang sudah lama saya cari-cari. Keadaan setelah tsunami dan kepergian saya dari kota kelahiran saya membuat bentuk pencarian itu sedikit rumit. Tapi berkat salah satu situs jejaring sosial di dunia maya (enyahlah kalian yang mengusulkan situs ini diharamkan) akhirnya saya menemukan beberapa sahabat masa kecil yang, entahlah, perasaan saya agak bercampur aduk.

Mengingat lagi belasan tahun silam memunculkan banyak potongan-potongan adegan di kepala saya, yang tidak ada spesialnya mungkin di mata orang lain, tapi bagi kami itu unik. Kami masa itu adalah bibit-bibit kami di masa sekarang. Masih teringat dulu saya bermimpi menjadi pilot. Ayah dulu sering membelikan saya majalah kedirgantaraan. Tapi tampaknya semakin dewasa kita semakin banyak melakukan kompromi-kompromi: dari pilot saya menjadi pemain layangan. Lalu cita-cita saya jatuh ke darat: menjadi pembalap formula 1. Sekarang saya hanya pelari, dan saya menyalurkan hobi itu dengan olahraga yang orang-orang sebut parkour atau freerunning. Yah paling tidak, masih berhubungan dengan kecepatan.



Anyway, banyak yang berubah dari 12 tahun yang lalu. Anak perempuan yang dulunya pemalu dan suka ngambek sekarang berubah menjadi sosok yang supel, masih malu-malu tapi jauh lebih 'gila', cinta monyetnya yang dulu mengiriminya surat yang kemudian ketahuan lalu suratnya dibacakan di depan kelas (pasti berat bagi gadis berusia 11 tahun) sekarang telah bersama orang lain, lalu ada bocah laki-laki yang dulu suka cengengesan dan hanya berani mengusili anak perempuan yang sebenarnya dia sukai, sekarang menjadi lebih terbuka dan terang-terangan menyatakan perasaannya. Lalu ada adik perempuan dari teman yang dulu hanya saya pernah dengar namanya, dan baru 12 tahun kemudian saya tahu orangnya, bicara dengannya, baca tulisan-tulisannya, berpesan pendek tentang kera sakti dan gajah, dan tergelitik tingkah lakunya.

Dan saya, well, mungkin proses yang saya alami selama 12 tahun untuk menjadi saya yang sekarang terlalu smooth sehingga saya tidak bisa mengatakan ada yang berubah. Seperti Darwin yang berteori bahwa dia ber-evolusi dari seekor kera, maka dia tidak akan ingat bagaimana dia berubah. Dia mungkin saja sedang dalam perjalanan menuju universitas tempat dia mengajar, melewati etalase pertokoan yang mengkilap, berhenti sebentar dan berpikir "Oh mother, I look like an ape." dan muncullah teori itu.

Okay, leave alone Darwin. Saya hanya bertanya-tanya tentang apa yang mungkin tersimpan dalam tahun-tahun yang terlupakan. Ada dua orang dari masa lampau yang menjalani kehidupannya masing-masing secara paralel.. lalu sekarang jalan mereka bersinggungan.. let's see.. ada tiga kemungkinan..
1. keduanya berpotongan dan menjauh
2. paralel (menjadi satu)
3. entahlah.. selalu ada kemungkinan lain kan

Believers may call it second chance..Sceptics may call it mere coincidence..
I think I should just call it serendipity, for now.

Author

My photo
Bandung, West Java, Indonesia
Born with a glasses on, can't stop reading ever since. Music is what I hear everyday. Don't talk much, but shout a lot XD enjoy my time alone, but sometimes don't want to be alone. have a deep curiosity about stars and outerspace, while wondering about what my life would be at the highest point.