Room 218

just me with my thoughts in my own space

Hoppipolla - Song of The Week

Saya sedang kerasukan mantra-mantra Islandia. Halah. Pembuka yang aneh. Mari kita ulangi.

Ini semua berawal dari teman saya Lendra yang mengenalkan saya pada sebuah band alternatif asal Islandia bernama Sigur Ros. "Band ini membawakan musik awang-awang." Begitu katanya. Lalu dia memperdengarkan salah satu single mereka yang berjudul 'Hoppipolla'. Terdengar seperti 'hompimpah' atau 'hollaholladonggala' sih, tapi saya jamin, Hoppipolla adalah bahasa asli Islandia, yang dalam Bahasa Indonesia kurang lebih: 'melompat kedalam kubangan', atau dalam Bahasa Inggris: 'hopping into puddles'. Sebenarnya mereka bukan band baru, dan lagu Hoppipolla sendiri sudah dipakai sebagai original soundtrack di beberapa film, salah satunya adalah film peraih Oscar itu, Slumdog Millionaire. Hanya saja, mungkin band ini kurang populer di sini karena tidak banyak yang mengapresiasi lagu dengan bahasa yang lebih mirip jinx-jinx sihir, selain karena susah juga untuk dinyanyikan sendiri.

"Brosandi... hemhumsisirihohumlahonholablablabla... Aarghh..". Dan mereka kembali membawakan lagu-lagu lokal yang lebih terasa manja di lidah.

Anyway, ini liriknya.
brosandi
hendumst í hringi
höldumst í hendur
allur heimurinn óskýr
nema þú stendur
rennblautur
allur rennvotur
engin gúmmístígvél
hlaupandi inn í okkur
vill springa út úr skel
vindurinn
og útilykt af hárinu þínu
ég lamdi eins fast og ég get
með nefinu mínu
hoppípolla
í engum stígvélum
allur rennvotur (rennblautur)
í engum stígvélum
og ég fæ blóðnasir
en ég stend alltaf upp
og ég fæ blóðnasir
og ég stend alltaf upp

Dan ini videonya.



Lagu dan videonya sama-sama kereeeen! Orang-orang tua yang gokil dan penuh semangat. Haha. Dan mereka sempat-sempatnya tawuran di kuburan.. *hammer*

Dan saya jatuh cinta pada intro lagu ini.. denting pianonya.. melodi randomnya.. Kamu harus mendengarnya berulang-ulang kali sampai bisa hafal dengan pola melodinya. It's just.. awang-awang.

Buat Avatarmu!

Permisi sebelumnya, bisa lihat dulu bagian kanan atas blog saya? Sudah?

Terima kasih. Itu adalah avatar saya. Keren kan? Kan!? Kan!!?

Kali ini saya ingin menulis tentang avatar saya (yang katanya sih lebih ganteng daripada aslinya). Salah satu alasannya adalah disuruh teman untuk ikut memeriahkan ulang tahun Diatasawam yang pada 13 Februari lalu berusia 1 tahun. Oh, sebelumnya ijinkan saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun untuk Diatasawam, semoga semakin berdedikasi terhadap masyarakat awam yang membutuhkan informasi-yang-tidak-setengah-setengah, dan selalu menggunakan bahasa manusia biasa agar semuanya menjadi paham. Seriously guys, that's one of your plus points. Keep it up!

Apa hubungan avatar saya dengan Diatasawam? Kita akan sampai ke situ nanti.

Berawal dari ketertarikan saya terhadap dunia maya dan keterbatasan pengetahuan terhadap aplikasi-aplikasi di dalamnya, saya sering mengalami kesulitan sendiri dalam mengulik aplikasi di internet. Google pun lantas menjadi pilihan utama. Kebetulan, seorang teman (sebut saja Shita, 22 tahun, ini blognya-->;D) mengenalkan saya dengan sebuah website tutorial bernama Diatasawam di mana dia menyumbangkan tulisan-tulisannya. Sejak itu, saya jadi rajin mengecek perkembangan web ini. Panduannya pun mudah diikuti bahkan oleh teman primata saya. Walaupun, secara pribadi saya berharap dapat menemukan lebih banyak tutorial tentang aplikasi baru yang belum dikenal luas. Akan bagus bukan, jika ada aplikasi yang baru akan booming di ranah maya, namun Diatasawam sudah menyediakan panduan mengenainya. Wah, pasti akan semakin banyak pembacanya. Insya Allah.

Anyway, salah satu artikel yang paling saya sukai adalah Membuat Avatar dengan FaceYourManga, ditulis oleh Shita. Berbeda dengan kebanyakan atikel lainnya, tulisan ini berisi panduan untuk 'bersenang-senang'. Well, saya tidak piawai dalam menggambar atau bersketsa, dan jelas tidak kebagian menikmati kegiatan 'bongkar-pasang Barbie' di masa kecil. (Sungguh!) Jadi, bagi saya ini semacam pelampiasan.

Seperti yang tertulis dalam artikelnya, cara membuat avatar dengan FaceYourManga ini terdiri dari 8 langkah. Langkah 1-4 cukup mudah, dijelaskan dengan efisien dan gambar yang jernih. Langkah 5 adalah bagian terbaik dari semuanya. Di sini kita bisa berkreasi menciptakan wajah 2D dengan pilihan bentuk mata, hidung, mulut, rahang, alis, telinga, rambut, pakaian dan bereksperimen tanpa perlu takut gambarnya rusak atau tercoreng, karena tidak ada tinta yang dilibatkan di sini, hanya mouse dan ujung jari. Bagi yang jauh di lubuk hatinya ingin memiliki tato atau tindikan di wajah namun tidak tega untuk merealisasikannya di dunia nyata, maka cobalah ini. Kamu dapat menciptakan avatarmu sendiri plus tato dan tindik, bahkan cambang a la Elvis Presley! As for me, saya mencoba membuat rekaan wajah saya sendiri semirip mungkin, dan hasilnya adalah seperti yang dapat dilihat di atas tadi. Langkah penutup 6-8 juga dipaparkan dengan baik oleh Shita, lengkap dengan penjelasan ringkas mengenai Gravatar disertai link artikel yang sudah pernah dibahas terpisah oleh Mba Rieka.

Jika ada kekurangan dari artikel ini, itu adalah penjelasan pada langkah 5. Pembaca mungkin kurang mendapat cukup gambaran visual yang dapat membuat mereka penasaran untuk mencoba. Yang terlihat hanya satu avatar-siap-pakai, dan melewatkan bagian transformasinya.

Bandingkan dengan ini.



Mengerti maksud saya?

Tapi ini tidak signifikan, dan mungkin oleh pertimbangan tertentu tidak dimasukkan ke dalam tutorial oleh penulis. Secara keseluruhan, panduan yang diberikan cukup memuaskan, seperti halnya artikel-artikel Diatasawam yang lain.

Pesan untuk Shita: teruslah menulis selama kamu mencintainya. You've got more than talent!
Pesan untuk Diatasawam: keep up the good work & Selamat Ulang Tahun.

Ich Vermisse Dich

Saya kesulitan tidur beberapa malam belakangan ini. Ada sesuatu yang tidak biasa dalam ritual tidur saya. Setelah melepas kacamata, mematikan lampu, naik ke atas kasur setebal 20 cm, membenarkan selimut, membaca doa sebelum tidur dan Ayat Kursi, biasanya saya kemudian berbaring pasrah mengharap kantuk segera datang.

Dalam upaya mengundang kantuk, saya mulai melakukan penyesuaian-penyesuaian agar posisi semakin nyaman. Tubuh pun otomatis berbaring ke samping kiri atau kanan tergantung darimana arah matahari akan terbit esok hari, tangan dan kaki buta saya pun menggapai-gapai, tapi tak kunjung menemukan yang dicari. Tunggu, ada sesuatu yang biasanya ada tapi kini tidak lagi di tempatnya.

Lalu, seperti kucing yang tak rela dibuang, ingatan itu kembali. Jelas sekali. Saat ketika saya membawanya keluar kamar dengan sadar, dan mendiamkannya begitu saja. Saya bahkan tidak ambil pusing dengan apa yang akan dilakukannya dalam hujan dan angin kencang, atau jika ia bertemu dengan kucing-kucing lapar yang kedinginan. Ada rasa penyesalan. Tapi ini semua salahnya. Tentu saja bukan salah saya. Dia tidak seharusnya acak-acakan, bau, dan berbentuk tidak jelas seperti itu.

Apakah saya yang terlalu mudah melepaskan? Apakah sebenarnya ia hanya ingin membuat saya nyaman sehingga tak sempat mengurusi dirinya sendiri? Ah sudahlah. Kalau pun ia sudah milik orang lain sekarang, saya juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Saya tahu ini mustahil, tapi seandainya ada kesempatan sekecil apapun ia sedang membaca tulisan ini..

Saya hanya ingin bilang, "Aku merindukanmu, guling buluk.."

Watching in Solitude

Saya memiliki kebiasaan menonton film sendirian. Baik di kamar menghadap layar desktop, maupun di ruang theater menghadapi layar proyeksi 16:9. Well, tidak ada yang spesial dengan menonton di kamar sendiri, sendirian. Pasti banyak yang juga melakukannya. Tapi menonton di bioskop sendirian, yah tidak spesial juga sih. Saya hanya menemukan kebiasaan ini terlihat aneh di mata beberapa teman.. dan di mata banyak orang di lobi theater yang sama mengantri tiket dengan saya. Mungkin mereka kasihan atau kagum. Saya kurang tahu, dan kurang peduli. Saya hanya ingin menonton film, ada teman syukur, tidak juga tidak majalah, koran atau tabloid (plesetan baru--red). Bahkan untuk beberapa film, saya memilih untuk tidak berada di antara orang yang saya kenal, yang bertendensi menjadi komentator di tengah2 pertunjukan. I hate commentators during the show.

Watching in solitude can be fun, you know.. Salah satu contohnya adalah ketika saya mengantri film Spiderman 2 di BIP 21 sekitar 2-3-4 tahun lalu (hhe, maafkan ingatan saya), sendirian, tiba-tiba saya disamperi seorang cewek, sepertinya masih sma, berbasa-basi lagaknya teman lama tak bersua, dengan maksud menyabot antrian tentu saja. Saya yang sudah ngeh langsung play along with it, supaya yang mengantri di belakang saya tidak curiga. Rupanya dia tidak hanya ingin memotong antrian, tapi juga membutuhkan saya untuk membelikan tiket untuk 6 orang temannya yang lain. Jatah 4 tiket untuk 1 orang masih berlaku waktu itu. Jadi dengan saya, kami butuh 8 tiket. Saya tidak biasanya mendukung pelanggaran, tapi waktu itu saya juga sedang bosan. One or two spontaneous thing won't harm anyone. And you know what, saya diberi satu tiket gratis. Ihiy! Agak menyesal juga karena uang saya tidak terpakai.. XD

Kali lain adalah saat ingin nonton film Harry Potter 4 (kapan yah?). Saya tiba siang itu di lobi theater dengan niat mengantri tiket. Baru saja ingin ikut barisan, tiba-tiba ada anak sma (kenapa harus anak sma?) menawarkan 1 tiket dengan muka takut-takut, bisa disangka calo mungkin, atau karena hampir putus asa karena tak kunjung menemukan orang yang mau beli tiketnya. Dia batal nonton karena temannya tak kunjung datang. Jadwal yang tertera adalah untuk pemutaran 10 menit lagi. Langsung saja saya sambar. Kalau mengantri mungkin saya akan mendapatkan tiket untuk pemutaran sore/malam hari atau esoknya mungkin.. mengingat hari itu masih minggu pertama pemutaran. Oh, tenang, saya bayar tiketnya dengan harga sama. Tidak ada yang dirugikan di sini.

Yang terbaru adalah ketika saya menonton film Sang Pemimpi. Saya ingat tanggalnya, 17 Desember 2009. Hari primer. Bila kamu memperhatikan, hampir selalu ada 1 kursi kosong di sebelah rombongan yang jumlahnya ganjil, sehingga kursi tersebut tidak ada yang menempati. Karena kebanyakan pengunjung bioskop datang berpasangan atau berombongan. Dan mereka tidak suka duduk berpencar. Dan saya mengincar kursi itu. Jadi saya untung-untungan saja ngantri.. dan yah, saya dapat satu! Muahahaha.. Tuhan memang Maha Baik.

Ada yang ingat film Tentang Dia karya Rudi Soejarwo? Film ini berpusat pada tokoh Gadis yang berkubang dalam perasaan 'ditinggalkan' karena dikhianati pacar dan teman baiknya. Di tengah frustrasinya dia tidak sengaja bertemu dan berteman dengan Rudi, seorang gadis mandiri yang berlaku bak seorang kakak berhati malaikat, yang bisa membuat dia merasa terlindungi dan tertawa lagi. Pelan-pelan dia belajar untuk percaya bahwa ada orang yang benar tulus kepadanya. Namun tak lama Rudi pun menghilang, yang kemudian ditemukan tewas.. Huhu.. Film ini berkesan karena tema yang diangkat adalah tentang kesendirian dan lagi-lagi karena saya menonton dalam kesendirian (halah), saya jadi ikut bergerak dalam dramanya, merasakan kehilangannya. Bahkan saat film selesai, saya jadi ikut sedih, padahal saya masuk dalam keadaan sehat dan segar bugar. Huff.

World, My Son Starts School Today!

Ini adalah salah satu tulisan favorit saya. Penulisnya adalah seorang ayah dari anak laki-laki yang--pada saat tulisan ini dibuat--baru memulai hari pertama di sekolah dasar. Sang ayah menulis harapan-harapannya pada secarik kertas kepada alam semesta supaya mengajarkan kearifan hidup pada sang anak yang kemudian dititipkan pada saya untuk di-posting di blog ini. Well, sort of. :9 Enjoy!


WORLD, MY SON STARTS SCHOOL TODAY!

World, take my child by the hand--he starts school today! It is all going to be strange and new to him for a while, and I wish you would sort of treat him gently. You see, up to now, he has been the king of the roost. He has been the boss of the backyard. I have always been handy to soothe his feelings.

But now things are going to be different. This morning he is going to walk down the front steps, wave his hands, and start on a great adventure that probably will include wars and tragedy and sorrow.

To live in this world will require faith and love and courage. So, world, I wish you would sort of take him by his young hand and teach him the things he will have to know. Teach him--but gently, if you can.

He will have to learn, I know, that all people are not just--that all men and women are not true. Teach him that for every scoundrel, there is a hero; that for every enemy, there is a friend. Let him learn early that the bullies are the easiest people to lick.

Teach him the wonder of books. Give him quiet time to ponder the eternal mystery of birds in the sky, bees in the sun, and flowers on a green hill. Teach him that it is far more honorable to fail than to cheat. Teach him to have faith in his own ideas, even if everyone tells him they are wrong.

Try to give my son the strength not to follow the crowd when everyone else is getting on the bandwagon. Teach him to listen to others, but to filter all he hears on a screen of truth and to take only the good that comes through.

Teach him never to put a price tag on his heart and soul. Teach him to close his ears on the howling mob--and to stand and fight if he thinks he is right. Teach him gently, world, but do not coddle him, because only the test of fire makes fine steel.

This is a big order, world, but see what you can do. He is such a nice son.

Regards,
Abraham Lincoln


Yap, it's Abby's. He's simply a loving father. Well, he ruled a country too sometimes, abolished enslavement, and grew his beard and sideburn once in a while.. My point is, this kind of hopes are the ones I (and every father in the world) would think of when our child steps his/her foot out to school later someday. And when that time comes, I would proudly say out loud "Hey World, my son starts school today!"

Or at least until I get some flying tomatoes in response.

Dalam Hujan Tentang Angin

Selasa sore itu mendung. Betah rasanya di kosan dengan cuaca begitu. Saya berulangkali mengecek langit Bandung di sebelah barat saya. Di suatu tempat di barat sana, saya yakin sudah turun hujan. Saya mengenali abu-abu pekat itu. Itu bukan gumpalan awan, itu spasi berisi massa air yang sedang jatuh dari langit. Pekat. Tampak alangkah sangat jelas sekali bahwa akan turun hujan pula di Jatinangor. Saya agak khawatir. Bukan apa-apa, tapi ini menyangkut jemuran yang belum kering.

Tapi jika kamu tahu, saya tidak mencemaskan jaket dan beberapa potong celana yang tidak seberapa itu. Tapi saya ada janji bertemu dosen sore itu di rumahnya, yang artinya saya harus pergi ke rumah beliau. Tapi itu tadi barusan adalah contoh kalimat tidak efektif lainnya, karena rumah beliau tidak mungkin mendatangi saya, bukan? Tapi, ya sudahlah.

Mau tidak mau saya harus pergi juga. Dengan motor pinjaman saya menjemput Abim Si Anak Bima. Lalu pergilah kami. Dan benar saja perkiraan saya, hujan mulai turun. Abim yang baik hati menawarkan opsi terus atau kembali ke rumah untuk menukar motor dengan mobil. Padahal mobilnya Abim sedang ringan bagian tangkinya, walaupun bagasinya terisi alat berat. (payung, bantal, dongkrak mainan, sandal serap, dll). Saya terpaksa setuju. Mumpung hujan masih berupa gerimis menunjang, pikir saya. Menunjang kami untuk kembali ke rumah tanpa basah berarti.

Kami tiba di tujuan.. Ketemu.. Salaman.. Numpang shalat.. Ngobrol ini dan itu.. bla bla.. Dibekali wejangan.. bla bla bla.. Ada kucing lewat.. miaw miaw.. Wejangan lagi.. bla bla bla bla.. Numpang pipis.. Permisi pulang. Semua itu terjadi hanya dalam waktu 2 jam saja. Sungguh bincang-bincang yang singkat dan bermanfaat.

Hari sudah malam. Ikan sudah bobo. Hujan masih turun juga. Suhu udara semakin turun. Berada di dalam mobil tidak banyak membantu. Saya bersyukur cabin pressure tidak ikut-ikutan nge-drop. Mungkin untuk menghangatkan suasana, Abim mulai berkicau tentang rencananya belajar Bahasa Belanda.

"Emang lu pengen ke Belanda, Dul?" tanya saya. Dul maksudnya dulur, artinya saudara.

"Ya hayang wae belajar, tempat les yang bagus di mana sih?" Abim masih semangat.

"Emang udah pasti ke sana?" Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lain. Tidak baik.

"Belum sih. Tapi bisa laah. Masa, Abim dan angin gak bisa sampe Belanda.."

Angin? Apaa lagi..

Usut kabel punya usut kabel (halah ribet), ternyata Si Anak Bima sedang penasaran dengan angin. Tampaknya dia sedang mencari-cari makna penciptaan zat alir ini dan sifatnya yang unik itu. Mungkin dia merasakan kemiripan sifat. "Mengalir, berhembus pelan dalam harmoni, bergerak cepat karena perbedaan tekanan yang besar, atau hanya statis seolah gaib. Padahal ia ada dalam tarikan napas kita." Begitu kira-kira maksud Abim.

Percakapan tentang filosofi benda-benda tak hidup itu membuat saya membanding-bandingkan diri saya dengan benda tak hidup lainnya. Mirip apa ya saya? Angin kah? Tanah? Api? Asap? Gunung es? Air? Teh Kotak? Kopi? Awan? Kuku kaki? Kaca mobil? Marka jalan? Lalu filosofi apa yang terkandung di baliknya?

But, I can't define myself as one single, particular thing. Saya sedikit-sedikit punya sifat dari benda-benda mati itu. Kadang saya angin-anginan, kadang berapi-api, berasap jikalau kebingungan, dan suatu hari nanti akan menjadi bagian dari tanah. Akan ada yang setuju jika saya ini disebut gunung es. Saya juga bisa menjadi 'Teh Kotak' bagi orang-orang tertentu. :9

Tapi manusia memang tidak diciptakan sesederhana itu, bukan? Semoga saya tidak berlaku sombong dengan berkata bahwa manusia adalah masterpiece dari semua ciptaan Tuhan, dengan segala dinamikanya, keunikannya. Bahkan satu manusia dengan yang lainnya saja unik. Tak ada yang sama. Tapi jika harus menimbang-nimbang sifat benda mana yang paling mirip dengan saya, that would be Kantong Ajaib Doraemon. Beragam benda ada di dalamnya. dari yang masuk akal sampai yang mustahil bin muslihat. Yap. Saya adalah Kantong Ajaib Doraemon, disingkat Tongjamon.

Tak lama, mobil berhenti. Abim membelok-belokkan setir sambil menginjak-injak pedal di bawah kakinya untuk mendapatkan parkir sempurna bagi mobilnya. Hujan sudah berhenti. Tongjamon melanjutkan perjalanan pulang ke Jatinangor.

Banggalah dengan Instabilitas

Seumur hidup saya berusaha menjadi pribadi yang stabil. Saya melihat stabilitas melalui kacamata saya yang minus ini sebagai suatu keadaan dimana manusia sudah bisa mengontrol keseimbangan dirinya sendiri, seperti rasa takut yang mengimbangi kenekatan, rasa malu yang mengimbangi kekurangajaran, rasa rendah diri yang mengimbangi kesombongan, ataupun rasa waspada yang mengimbangi kenaifan. Semua hal tersebut tidak ada yang bersifat mutlak baik atau buruk. Semuanya dibutuhkan sesuai dengan kadarnya masing-masing. Dan ketika seseorang telah menemukan cara menempatkan semua energi positif dan negatif mereka pada tempatnya, saya menyebut mereka pribadi stabil.

Lihatlah, jika ada berita kemalangan yang menimpa mereka, mereka akan sejenak tertegun tapi kemudian menguasai diri mereka kembali, menelepon beberapa nomor, berbicara kepada orang-orang tertentu lalu meninggalkan pesta tempat mereka awalnya berada dengan muka sedikit menunduk menjaga fokus, sambil tersenyum pada orang-orang yang dilalui menuju pintu keluar.

Lihatlah, jika ada berita Idul Adha datang lebih cepat, jangan mengharap mereka akan berlompatan dan berteriak norak. A simple woo-hoo dan high-five sudah cukup. Bereaksi namun tidak berlebihan. Kurang lebih begitu maksud saya.

Saya tidak tahu apakah zodiak saya yang berlambang timbangan itu ada hubungannya dengan ini, yang jelas selama ini saya menjunjung tinggi keseimbangan. I dunno why, I just do.

Prinsip saya goyah ketika saya menonton salah satu episode Mario Teguh yang disiarkan di salah satu channel TV-berita lokal. Anda pasti familiar, cukup menekan angka 4 pada remote TV teman saya, maka channel yang dimaksud akan muncul.
Anyway..

Inilah kata-kata penggoyah iman tersebut.
"Orang-orang yang menginginkan stabilitas tidak pernah betul-betul berhasil"

And then I was like, "Excuse mehh?!"

And then he gave me this analogy:
"Pesawat tempur yang paling hebat adalah pesawat tempur yang aslinya tidak stabil, terlalu labil untuk dikontrol oleh manusia, sampai harus menggunakan komputer, sehingga dia berbelok kapan pun, berbalik, dan kembali dalam dockfight kapan pun.

"Pribadi yang tidak stabil mempunyai kecenderungan berhasil yang lebih besar, karena tidak malu dia berubah pendapat, tidak malu dia mengganti rencana, dan tidak jengah dia melakukan sesuatu yang baru. Banggalah dengan instabilitas."

And then I was like, "Humm.. but still.. you know.."

Lalu Mario Teguh kembali menjawab pertanyaan audiens yang lain. Dia tak mendengar saya karena saya hanya menonton dari layar televisi dan percakapan sebelumnya tidak benar-benar terjadi secara dua arah. Saya hanya membayangkannya.

Lalu apa hebatnya menjadi pribadi yang stabil? Saya teringat teman baik sewaktu SMA pernah mengatakan kalau emosi saya ini terlalu stabil, overstabil sampai-sampai terlihat tidak seimbang. Dia yang seharusnya menjadi orang yang paling bisa 'membaca' saya pun kewalahan dengan bawaan saya itu. Kasihan juga dia.

Lalu apa hebatnya? Entahlah...
Di satu sisi, saya meyakini stabilitas itu lebih baik daripada instabilitas.
Di sisi lain, saya tidak bisa menyangkal kata-kata Mbah Marijo Teguh itu. Ada orang-orang yang melakukan hal-hal berguna, biasa-biasa saja, dan hidup bahagia. Tidak pernah mencapai mimpi-mimpi terliarnya, namun juga tidak pernah jatuh bangkrut sampai harus menggadaikan pakaian dalam.
Namun ada orang-orang yang mengambil resiko, gagal, beralih ke hal lain apapun yang menarik minatnya sampai akhirnya menemukan hal terbesar yang memang diinginkannya. Dan ketika waktunya tiba, dia telah meninggalkan bekas di hidup banyak orang. This kind of people fly high, but when they fall, they fall hard. But then, they could fly again, higher..

Believe me, jika Anda mulai bertanya-tanya setelah membaca tulisan ini, maka saya juga demikian. Apakah kita hanya akan menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja? Or live in instability, with possibilities of reaching the highest peak and drowning to the lowest point? Karena tak akan ada zenith jika tanpa nadir, bukan.. Dan hidup hanya sekali.. So, if we can live it to the fullest, I suppose.. that would be cool.

Author

My photo
Bandung, West Java, Indonesia
Born with a glasses on, can't stop reading ever since. Music is what I hear everyday. Don't talk much, but shout a lot XD enjoy my time alone, but sometimes don't want to be alone. have a deep curiosity about stars and outerspace, while wondering about what my life would be at the highest point.